Kamis, 04 Oktober 2007

Artikel-Artikel Mengenai Warren Buffett

Post ini menampilkan artikel-artikel tentang Warren Buffet yang terdapat di berbagai media.

5 komentar:

m_sudarmono mengatakan...

Senin, 03 Juli 2006
Warren 'The Icon' Buffet
Berpikir Jangka Panjang Tiap Investasi


Bila saja tujuh keajaiban dunia bisa ditambah dan tidak hanya terdiri dari karya arsitektur, tapi juga orang, maka Warren Buffett boleh diusulkan sebagai salah satunya. Bayangkan saja, dalam sekitar 29 tahun, ia bisa meroketkan modalnya dari 100 dolar AS menjadi 57,4 miliar dolar AS pada Mei 1999.

Forbes, majalah ekonomi kelas dunia, pada 2005 menempatkan Buffett sebagai pengusaha terkaya kedua di dunia setelah William Gates alias Bill Gates pemilik Microsoft. Jika kekayaan Gates 46,5 miliar dolar AS, maka Buffett 44 miliar dolar AS.

Keping-keping uang Buffett diperoleh dari keuntungan sesudah membeli perusahaan-perusahaan terdaftar di pasar modal yang dapat diakses setiap investor. Karena itu pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal.

Perjalanan karier suami almarhumah Susan Buffett di pasar modal sungguh panjang. Setelah menempuh studi untuk mendapat gelar master di Columbia Graduate Business School, pada 1951-1954, Buffett bekerja sebagai salesman investasi di Omaha. Sesudah itu, pria yang mendapat gelar kehormatan The Sage of Omaha (Orang Pandai dari Omaha) dari warga Kota Omaha, pindah ke New York untuk bekerja sebagai analis sekuritas di Graham-Newman Corporation.

Buffett tak lama bekerja di perusahaan milik Benjamin Graham, salah seorang yang dianggap Buffett sebagai maha guru pasar modal. Sebab pada 1956-1969 bermodalkan US$ 100 dia mengelelola dana milik orang-orang kaya Nebraska di Omaha. Perusahaan investasi yang sukses itu akhirnya dijual dan dibubarkan. Para investornya tersenyum puas karena rata-rata mengantongi keuntungan 30,4 persen per tahun.

Di tengah menjalankan fungsi sebagai manajer investasi itu, pada 1965 Buffett membeli Berkshire Hartaway. Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini, dijual oleh pemiliknya karena pendapatannya terus merosot. Buffett menjadikan perusahaan tersebut kendaraan dalam setiap saham perusahaan lain.

Di tangan Buffett, perusahaan itu terus meroket. Selama lebih dari 34 tahun para pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian tahunan sekitar 24,7 persen. Artinya, siapa saja yang menanam 10 ribu dolar AS pada 1965, maka nilai kekayaannya menjadi 51 juta dolar AS pada 1999. Luar biasa.

Dua guru
Warren Buffett mengaku mengagumi pula, selain Benjamin Graham, Philip Fisher. Dua orang yang dianggap sebagai maha guru oleh Buffett memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham lebih dikenal dengan strategi investasi nilai. Saat memilih saham, Graham selalu mendasarkan pada analisis fundamental keuangan perusahaan dan strategi diversifikasi. Artinya, Graham menekankan pada kriteria kuantitatif, selalu mencari saham yang harga pasar jauh di bawah harga wajar.

Sebaliknya, Philip Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Menurut Fisher, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, lihat dulu tim manajemen pengelolanya, bagaimana cara perusahaan tersebut dikelola. Buffett melihat, ada kesamaan dari kedua orang pakar tersebut. Keduanya sukses dan sama-sama berpikir jangka panjang untuk setiap investasi. Graham misalnya menganjurkan agar investor memilih saham yang layak dipegang, meski pun pasar saham mendadak tutup besok. Sedangkan Fisher memberi contoh lewat cara dia memegang saham Texas Instrument, yang dibeli sejak awal perusahaan tersebut melakukan private placement. Nah, Buffett sang brilian, mencoba menggabung strategi Graham dan Fisher. Sebelum menentukan pilihan, dia akan meriset perusahaan tersebut habis-habisan, mulai dari sisi bisnis, manajemen, finansial dan pasar. Dengan dasar riset tersebut Buffett mengerti benar tentang perusahaan-perusahaan yang hendak dibelinya. "Belilah perusahaan sederhana dan mudah dipahami. Kinerja masa lalunya konsisten dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan," pesannya kepada para investor.

Pakem investasi itu diterapkan oleh Buffett ketika membeli saham Coca-Cola, Gillete, dan Walt Disney. Coca-Cola perusahaan yang paling disukai oleh Buffett, karena memiliki merek dagang yang sangat kuat dan menguasai pangsa pasar dominan.

Ketiga korporasi andalan Buffett memang bernasib sial pada 1998. Tapi, itu bukan berarti habis. Waktu memilih Coca-Cola, Buffett bukan tidak melihat bahwa akan ada pesaing yang muncul kemudian. Justru ia berasumsi, dengan munculnya produk baru, maka para pemasar Coca-Cola akan semakin gencar memasarkan produknya. Minimal akan mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, manajemen keuangan akan mampu mengoptimalkan laba.

Inti dari semua itu, Buffett lebih berpikir tentang investasi jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya dikenal dengan baik. Alasan itu pula yang membuat ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft. Padahal semua orang kini melihat ekspansi Microsoft di dunia ini. Ketergantungan pengguna komputer terhadap Microsoft begitu tinggi, barangkali mirip dengan apa yang dilakukan Coca-Cola. Tapi sekali lagi, meski pun Bill Gates pemilik Microsoft adalah sahabat dekat Buffett, tapi ia tak berminat membeli saham Microsoft. Buffett tak memahami produk tersebut.

Perlu dicatat juga, Buffett tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business not share). Misalnya, terhadap Coca-Cola yang jatuh pada 1998-1999, ia tetap bersandar pada tren jangka panjang. Menurut asumsinya, setelah penurunan itu Coca-Cola bukan hanya akan memperbaiki kinerjanya. Kondisi mutlaknya, manajemen harus memenuhi tiga syarat. Pertama, mereka harus rasional. Kedua terbuka kepada pemegang saham. Ketiga, menolak untuk meniru praktik dan kebijakan manajemen perusahan lain, tanpa memedulikan kesesuaian nalar. Sikap berpikir jangka panjang itu pula yang membuat ia kerap melawan apa yang terjadi di pasar. Menurutnya pasar muncul setiap hari dan menawarkan pada harga berapa Anda membeli dan menjual. Harganya berubah-ubah tak menentu.

"Pasar bertugas melayani Anda bukan membimbing Anda. Dompetnya dan bukan kearifannya yang Anda butuhkan," katanya suatu saat. Kejutan-kejutan bukan hanya ditunjukkan Buffett lewat model investasinya di pasar modal. Itu juga terjadi dalam kehidupan pribadinya. Beberapa pekan lalu, kita dibuat tercengang dengan keputusannya untuk menyumbangkan 85 persen kekayaan, sekitar 34 miliar dolar AS kepada yayasan milik Bill Gates sahabatnya. Keputusan itu didasarkan atas pesan Susan sebelum wafat dua tahun lalu. "Berikan sebagian kekayaan kita kepada publik."

Cara Buffett Memilih Saham

Kemampuan Warren Buffett memilih saham yang bernilai di bawah harga pasar, merupakan bukti hidup yang mengagumkan. Beberapa ahli mengatakan, kemampuan itu sekaligus menjadi bukti kegagalan teori akademis yang meyebutkan bahwa pasar bersifat efisien. Artinya harga saham berkait erat dengan informasi yang beredar di publik tentang perusahaan terkait.

Menurut Buffett, pasar kerap salah menentukan harga. Pasalnya harga pasar kerap ditentukan oleh emosi para investor. Padahal emosi para investor bersifat jangka pendek, sementara dalam jangka panjang pasar justru akan mengikuti fundamental perusahaan.

Lantaran itu seperti ditulis Robert G Hagstroom Jr dalam The Warren Buffett Portfolio (1999), Buffett lebih memilih fokus kepada beberapa saham ketimbang harus menyebar investasi ke banyak saham perusahaan. “Pilih beberapa saham yang kemungkinan besar akan menghasilkan tingkat pengembalian di atas rata-rata dalam jangka panjang. Pusatkan investasi Anda pada saham-saham tersebut. Kuatkan mental Anda dari godaan fluktuasi harga pasar. Begitu penjelasan Buffet dalam buku tersebut. Persoalannya bagaimana investor harus menentukan saham pilihannya. Yang dilakukan Buffett sebelum menentukan pilihan berpatokan pada empat prinsip: bisnis, finansial dan pasar.

*. Buffett selalu membeli perusahaan yang bisnisnya sederhana dapat dipahami. Perusahaan memiliki kinerja masa lalu yang konsisten dan juga memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dasar inilah yang membuat Buffett tidak mau masuk ke Microsoft. "Jika Anda tak memahami bisnis suatu perusahaan, Anda tak dapat membuat penilaian rasional terhadap nilai investasinya." Selain itu, manajemen perusahaan harus memiliki tiga persyaratan, yaitu harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak meniru manajemen perusahaan lain dan harus mengalokasikan uang perusahaan ke investasi yang memiliki nilai tambah bagi pemegang saham.

*. Buffett akan membeli perusahaan yang tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham. Selisih laba mesti tinggi dan setiap dolar yang ditahan oleh perusahaan, perusahaan dapat menciptakan minimal sedolar nilai pasar perusahaan.

*. Buffett hanya membeli saham jika harganya menarik. Maksudnya, adalah saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar hasil analisis, dengan dasar perusahaan itu beroperasi terus dan sehat. Selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Marjin ini juga jadi salah satu sumber keuntungan jika saham kembali ke harga normal.
( tim BEJ )

m_sudarmono mengatakan...

Warren Buffett Melihat Kesempatan Bisnis di Asia


INVESTOR di dunia, terutama yang berbisnis di bidang jual beli saham, pasti kenal Warren Buffett. Dia adalah miliuner terkaya di dunia setelah Bill Gates, yang meraih kekayaan dari hasil investasi di bursa saham Amerika Serikat dan dunia.

UCAPANNYA juga hampir dipantau berbagai pihak karena sering kali menunjukkan soal perkembangan pasar. Hari Minggu (4/5) lalu dia mengadakan jumpa pers tentang banyak hal.

Dia berbicara di Omaha, Nebraska, sehari setelah pertemuan tahunan Berkshire Hathaway yang berhasil mendatangkan 15.000 pemegang saham, suatu angka rekor untuk kehadiran para pemegang saham perusahaan, termasuk di AS sendiri.

Pada kesempatan itu, Buffett mengatakan tertarik untuk menanamkan modal di beberapa perusahaan Asia, setelah meningkatkan kepemilikan saham di perusahaan minyak Cina bernama PetroChina Ltd. Namun, dia mengatakan bahwa negosiasi bisnis masih sangat sulit dilakukan di Asia.

Dia tidak menyebutkan alasannya, tetapi berbisnis di Asia terkadang harus berbelit-belit, tidak transparan dan prosedurnya kurang jelas.

"Kami sudah mencari-cari perusahaan di sana (Asia)," kata Buffett. "Kami sebenarnya terbuka untuk menjadi investor lewat pembelian saham di beberapa perusahaan, yang menawarkan kemungkinan untuk berinvestasi-tidak hanya di Cina-dan kami akan membeli semua saham."

Di Cina, masalahnya masih ada sejumlah pembatasan pada investor asing untuk memiliki saham di berbagai perusahaan.

Buffett-yang mengatakan telah memiliki sejumlah saham di perusahaan Asia di samping PetroChina-kini juga sangat sering memonitor perusahaan-perusahaan Jepang. Akan tetapi, hingga kini belum melihat kesempatan berinvestasi untuk Jepang meski harga-harga saham di Jepang sudah berjatuhan.

"Tingkat pengembalian modal sangat rendah di Jepang," katanya. "Saya sebenarnya berkeinginan untuk melakukan pembelian saham di Jepang. Saya juga berkeinginan untuk mempertaruhkan nasib di Jepang. Cuma saya tidak melihat kesempatan besar di sana," kata Bufett.

Buffett juga mengatakan bahwa akuisisi atau pembelian saham-saham di Asia lebih berisiko ketimbang di AS. "Sangat kecil ruang untuk berbuat kesalahan. Namun, kami tetap berkeinginan untuk mencoba peruntungan di Asia."

Bukan apa-apa, di Asia terkadang kontrak bisnis sering kali tidak dihargai ketika ada persoalan. Aspek hukum yang melandasi kesepakatan bisnis juga sering kali menjadi mental atau tidak ada artinya.

Di samping itu, berbisnis di Asia masih diwarnai berbagai ketidakpastian hukum dan ketidakpastian lainnya yang dibutuhkan bisnis.

Lepas dari itu, Buffett tidak merinci di negara mana saja di Asia ini, minat investasinya akan direalisasikan. Yang jelas, di samping sejumlah persoalan, Asia dinilai merupakan prospek yang bagus untuk berinvestasi walau harus selektif dan harus dilakukan dengan kehati-hatian.

Lalu bagaimana dengan Indonesia, Buffett tidak menyinggungnya sejauh ini.

Mengecam

Pada kesempatan itu, Warren Buffett yang investor miliuner itu juga bercerita banyak hal lainnya. Dia misalnya mendesak para investor besar agar bahu-membahu mengatasi eksekutif puncak perusahaan yang tidak becus.

Dia juga mencerca rencana Presiden AS George Walker Bush soal pengurangan pajak dividen. Buffett mengatakan, pengurangan pajak untuk dividen itu sebagai tidak fair.

Dia juga bercerita soal calon-calon penggantinya sebagai pemimpin Berkshire Hathaway Inc, yang bergerak di bidang asuransi dan investasi, lalu dia fokus pada pasar Asia.

Buffett adalah seorang yang kukuh membangun etika bisnis. Itu dia lakukan menyusul sukses gaya investasinya yang unik dan sikap perusahaan yang berjalan pada jalur benar, tetapi tetap bisa memberikan keuntungan.

Pria berusia 72 tahun asal Omaha adalah orang kedua terkaya di dunia di belakang Bill Gates. Dia mengatakan, saatnya bagi pemegang saham untuk mengubah dewan direksi korporasi AS.

Pemunculan peraturan baru dan peran pemegang saham tunggal tidak bisa mengubah posisi dan karakter dewan direksi perusahaan.

Menurut Buffett, perusahaan-perusahaan melihat para pemegang saham terbesar atau mayoritas sebagai gorila raksasa. Eksekutif perusahaan memiliki kecenderungan agar gorila itu tidak marah.

Buffett mengatakan itu dengan maksud untuk memberikan sugesti bahwa adalah kelembagaan yang harus melahirkan seperangkat prinsip-prinsip atas perusahaan yang dima- suki (lewat pembelian saham).

Pemegang saham, lewat aturan main yang lahir dari prinsip-prinsip itu, bisa mengancam untuk menghentikan dukungan kepada eksekutif perusahaan jika mereka tidak bisa memenuhi prinsip-prinsip yang sudah diatur itu.

Buffett mengatakan itu karena pemegang saham tunggal perusahaan sering kali mendominasi arah dan jalan perusahaan. Hal itu membuat kontrol menjadi sangat lemah sehingga perusahaan sering kali melanggar etika bisnis demi keuntungan besar atas tuntutan pemegang saham tunggal itu.

Di sisi lain, posisi pemegang saham yang merata dan tidak ada yang mendominasi juga memberikan posisi kuat pada eksekutif perusahaan untuk berbuat "seenaknya", yang intinya juga sama-sama melanggar etika bisnis.

Buffett mengatakan itu karena terbukti bermunculan berbagai skandal korporasi di AS tidak lebih karena etika bisnis yang dilanggar, yang melahirkan penipuan bisnis.

Buffett memang telah lama mengkritik-termasuk di dalam laporan tahunan perusahaannya-soal kerasukan korporasi di AS dan mungkin juga di berbagai negara lain.

Buffett mengatakan, dia akan mengurangi perannya sendiri di alam proses pembentukan etika bisnis untuk kepentingan semua pihak. Namun, dia mengatakan bahwa setidaknya upaya untuk mengendalikan eksekutif puncak pada perusahaannya sendiri, dia lakukan di balik ruang tertutup.

"Saya telah melakukan hal yang menjadi bagian saya secara mendasar. Saya tidak akan memimpin sebuah revolusi (soal penciptaan etika korporasi itu)," katanya.

Perangai buruk

Dia juga menuding akuntan dan bankir-bankir di Wall Street (bursa saham utama AS) atas perangai mereka yang buruk dan tidak menghargai etika korporasi.

"Anda akan terheran-heran, bagaimana auditor perusahaan yang terlibat pada perusahaan tertentu selama beberapa dekade tidak saja bersedia bekerja sama. Auditor itu juga bahkan turut menyarankan permainan lewat teknik-teknis rekayasa keuangan untuk mengelabui laporan keuangan," katanya.

Auditor dengan permainan angka-angka untuk menipu investor merupakan hal biasa terjadi. Dengan demikian, perusahaan buntung dibuat untung secara keuangan. Muncullah kasus semacam Enron dan lainnya.

Buffett-yang memulai kariernya sebagai pialang (broker) dan pernah menjadi chief executive di Salomon Brothers- memuji beberapa kemajuan yang dicapai akhir-akhir ini.

Awal tahun 2003, perusahaan-perusahaan Wall Street telah memiliki aturan main, salah satunya soal isi riset yang menjerumuskan. Buffett mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang perlu disambut.

Hal yang dimaksud Buffett adalah selama ini ada perusahaan yang juga bergerak khusus untuk menawarkan surat berharga-yang diterbitkan perusahaan tertentu-kepada investor untuk dibeli investor tersebut.

Agar investor tersebut tertarik, maka perusahaan yang menawarkan surat berharga tersebut melakukan riset "tipuan". Riset tipuan tersebut kemudian memuji-memuji perusahaan yang menerbitkan surat berharga tadi, dengan mengatakan bahwa perusahaan penerbit surat berharga itu sangat prospektif.

Ternyata riset tersebut tidak benar dan dana-dana investor lenyap karena perusahaan (penerbit surat berharga) kemudian bangkrut, seperti Enron.

Kini perusahaan periset dan perusahaan yang menawarkan surat berharga dipisahkan perannya dan tidak boleh dilakukan oleh satu perusahaan karena dikhawatirkan akan memunculkan konflik kepentingan.

"Itu adalah salah satu langkah menuju arah yang benar," kata Buffett. "Hal itu secara implisit dikatakan kepada mereka (perusahaan-perusahaan Wall Street) bahwa ada seseorang yang terus mengawasi aktivitas mereka. Hal itu akan memaksa mereka (perusahaan) untuk berperangai dengan baik atas apa yang mereka lakukan, dan ada perbuatan yang tidak bisa diterima, yakni unsur pengelabuan (penipuan)."

Menyerang rencana pajak

Ketika ditanyakan soal rencana Presiden Amerika Serikat George Walker Bush untuk mengurangi pajak dividen, Buffett mengatakan bahwa tidaklah fair untuk memperkaya orang kaya-seperti dirinya-namun atas pengorbanan pekerja biasa di berbagai perusahaan.

Dividen adalah keuntungan yang diraih pemegang saham yang didapatkan dari keuntungan perusahaan. Bush berencana agar dividen tersebut tidak dikenai pajak atau pajaknya dikurangi. Tujuan Bush adalah agar ekonomi terangsang.

"Dia (Bush) tidak mengubah jumlah dana yang dikirimkan publik Amerika ke pemerintahan, hanya mengubah siapa yang melakukannya," kata Buffett.

Satu-satunya cara mengurangi pajak adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah.

Buffett yang berencana menghibahkan 30 miliar dollar AS kekayaannya-setelah kematiannya-beberapa waktu lalu mengampanyekan perlawanan terhadap penghapusan jenis-jenis pajak tertentu.

Dia mengatakan bahwa hal itu hanya akan menguntungkan keluarga-keluarga kaya. Dividen pada umumnya diterima pemegang saham perusahaan, yang pada umumnya juga lebih mapan.

Menurut Buffett, warga yang mapan harus dikenai pajak demi membantu penduduk kurang mampu. (AFP/MON)

Anonim mengatakan...

Ich tue Abbitte, dass sich eingemischt hat... Ich finde mich dieser Frage zurecht. Geben Sie wir werden besprechen. Schreiben Sie hier oder in PM. viagra kaufen viagra preisg?nstig [url=http//t7-isis.org]levitra rezeptfrei kaufen[/url]

Anonim mengatakan...

Accetta male fatturato. [url=http://lacasadicavour.com/cialis-generico/ ]cialis controindicazioni [/url]Bravo, ГЁ solo una grande idea http://lacasadicavour.com/ comprare cialis generico Buona cosa

forum forex indonesia mengatakan...

mungkin lebih baik dibuat dlaam 4 artikel pak tulisanna, sayang tulisan bagus soalnya :)